Langsung ke konten utama

Liburan ke Ancol: Makan di Seafood Bandar Djakarta


Liburan ke ANCOL? Hmm, kayanya it’s so jadul,…so 80’s dan bahkan basi…hehehe, tapi ternyata tidak juga kok. Kami sudah membuktikannya weekend kemarin. Asalkan perginya ramai-ramai bersama anak-anak, ternyata seru juga!

Dimulai dari sarapan telat alias brunch di BANDAR DJAKARTA, petualangan kami dimulai. Berangkat jam 9 pagi dari rumah di hari Minggu, jalanan Jakarta lengang sehingga jarak Pondok Kelapa – Jakarta hanya ditempuh selama 45 menit lewat Tol Priok (Sedyatmo). Keluar di Exit Kemayoran (PRJ), langsung belok kanan, menyeberang kali, langsung ke Pintu Masuk Ancol. Tarif masuk per orang, di atas 2 tahun, Rp 15 ribu, dan mobil Rp 20 ribu.

Enaknya pagi-pagi, kita bisa leluasa memilih tempat duduk di Seaside Seafood Restaurant BANDAR DJAKARTA tersebut. Untung saja, sebab saat kami selesai makan pas jam makan siang, meja makannya penuh semua. Padahal ada 230 meja lho. Bahkan pengunjung pada antri mau ‘memperebutkan’ meja dengan view laut yang kami tempati. Memang kami memilih posisi dengan pemandangan terbaik (best view): menghadap ke Teluk Jakarta, Hotel Resort Putri Duyung Cottage, dan juga Monumen Ancol. Mantabb!



Di Bandar Djakarta, Ancol ini kami tertarik mencoba Kerang Kampak (Scallop). Nah, kalau di D’Cost ada Kerang Bambu, maka di sini ada kerang besar berbentuk seperti mata kapak jaman purbakala yang dikenal juga sebagai Kerang Simping atau bahasa latinnya Amusium pleuronectes. Harganya Rp 15 ribu ++ per ekor, tersedia dengan beragam pilihan cara masak dan saus. Kami pilih bumbu bawang putih. Enak.


Kami juga memesan salah satu menu spesial di Bandar Djakarta yaitu Udang Pancet Super Bakar Madu Pedas. Dan ternyata, rasanya tidak sepedas namanya. Malahan cenderung manis, jadinya anak kami yang balita bisa makan udang ini juga. Harga per ons nya sekitar Rp 21ribu, dan kami memesan sekitar 10 ekor, jadinya Rp 79 ribu ++. Udangnya besar-besar, jadi tidak susah mengupas kulitnya.
  
Lalu, kami memilih ikan hidup yang ada di akuarium: Bawal Bintang. Kami pesan agar dibakar bumbu kecap. Anak kami suka sekali ikan. Nah, ini untuk dia, meski bapak ibu nya juga ikut mencicipi dong tentunya. Agak berbeda dengan bawal lain, sewtelah dibakar, kulit bawalnya agak mengeras. Jadinya garing. Enak. Tapi ya itu dia, kalau pesan menu pakai kecap harus siap "bertempur" dengan lalat. Meski di pinggir pantai, ternyata lalat tetap datang. Alhasil, harus siap minta dinyalakan lilin di meja dan jangan meleng, selalu sigap "kipasi-kipas" ikannya untuk mengusir lalat. :)

Kami membayar Rp 314 ribu (sudah termasuk cooking charge Rp 12 ribu dan pajak 10%) untuk tiga menu tadi, plus nasi utk bertiga, otak-otak 5 pcs (Rp 19 ribu ++) sebagai penyumpal perut sebelum makanan utama datang, serta minumnya Es Kelapa 1 batok, air mineral dan the tawar 2 gelas. Lumayan worth it, untuk refreshing di long week end pagi hari cerah. Makan sambil menikmati pantai dan lalu lalangnya orang naik perahu wisata.

Oya, kita juga bisa berwisata naik perahu (boat) ke laut. Tidak perlu terlalu khawatir, sebetulnya tidak sampai ke tengah laut sekali kok. Rutenya hanya ke monumen Ancol kemudian menuju ke arah laut sampai ke pemecah ombak di ujung Teluk Ancol. Tarifnya Rp 50 ribu sekali jalan, baik itu 1 orang, 2 orang atau bahkan sekeluarga 12 orang (maksimal). Naik perahunya dari dermaga yang ada di resto Bandar Djakarta itu. Ada dua perahu, tinggal pilih. Asyik juga. Ditiup angin pantai sepoi-sepoi dan bau laut yang khas. Sesampai di dekat batu pemecah ombak di dekat Apartemen Ancol Mansion, bapak tukang perahu menawarkan kami untuk berlayar lebih jauh lagi dengan menambah 50 ribu lagi. Oke dech, kami meluncur terus menuju ke arah pelabuhan Tanjung Priok. Tidak sampai pelabuhan sih, cuma mengarahnya ke sana... :) Melewati dermaga Beach Pool dan Restoran atas laut Le Bridge, perahu kemudian memutar kembali ke Bandar Djakarta. Nah, kelihatan tuh ada Apartemen Regatta Pluit nun jauh di sana.

Selepas makan, kami melanjutkan wisata ke Ocean Dream Ancol atau yang dulu dikenal sebagai Gelanggang Samudera. Seperti apa di sana?


Restoran Sea Food Pinggir Pantai - Bandar Djakarta, Ancol
Alamat: Jl. Pantai Indah Pintu Timur Impian Jaya Ancol Ancol Pademangan Jakarta Utara, DKI Jakarta, Indonesia
Telpon: 021-6455472

Komentar

TAS PREMIUM INDONESIA

TAS PREMIUM INDONESIA
INDONESIAN PREMIUM BRAND

Postingan populer dari blog ini

Restoran All You Can Eat Pilihan Keluarga: Hanamasa atau Shabu Slim ?

Anda pernah makan di Hanamasa ? Saya rasa jawabnya ‘iya’. Benar kan? :) Restoran All You Can Eat ini memang salah satu favorit pemirsa... Kenapa begitu. Saya rasa ada beberapa alasan. Pertama, lokasinya ada di banyak tempat sehingga mudah dijangkau. Tidak perlu jalan terlalu jauh...Ada di dekat rumah atau kantor. Bukan hanya di Jabodetabek, tapi juga di berbagai kota besar seperti Badung, Surabaya, dan Bali. Alasan kedua, harganya relatif lebih murah dibanding yang lain, misalnya: Piscator (di Epicentrum Kuningan).  Memang ada juga Resto Makan Sepuasnya yang lebih murah dari Hanamasa, misalnya Hartz Chicken Buffet . Namun menu yang disajikan berbeda. Yang itu ayam yang ini sea food. Jadi memang masakan laut lebih banyak disukai orang. Nah, inilah alasan ketiga. Penikmat kuliner lebih suka sea food dibanding ayam. Apalagi, Hanamasa ini menyajikannya ala Jepang, Korea dan Thailand jadinya simpel dan enak. Memasak sendiri menjadi begitu gampang. Tinggal celup ke bumbu, bakar d...

Rumah Makan Sunda di Bandung; Antara Ma' Uneh, Sawios, dan Ibu Hj. Cijantung

Taman Flexi di Bandung tempat main sepeda...Asyik.. Libur panjang ya? Asyik banget! Wisata ke Bandung lewat  Tol Cipularang tapi tidak lupa keluar tol sebentar buat mampir makan siang di Sate Maranggi yang asli . Yang di bawah hutan jati, Purwakarta itu lho... Nah, sore-sore menjelang maghrib kami sampai deh di Bandung. Kalau sudah di tanah Parahyangan tentunya pengen mencicipi yang khas dong. Maka daripada itu terpikirlah untuk makan di rumah makan Sunda favorit keluarga kami : Ibu Hj. Cijantung (dulu namanya Hj. Ciganea) . Dari exit tol Pasteur tinggal lurus saja, naik jembatan Pasupati sampai ujungnya, bermuara di Jalan Surapati. Ketemu lampu merah depan Gasibu, tinggal lurus saja sedikit. Pelan-pelan. Ada belokan pertama ke kiri – di sebelahnya RM. Sindang Reret. Nah, masuk ke situ. Itu namanya Jalan Merak (di situ ada toko kaos legendaris “ C59 “– yang angkatan-angkatan babe gua, tahun 90-an pasti tahu banget sama baju kaos ini). Tak jauh dari situ, tengok kiri...
Custom Search