“Ayo ke Bandung lewat Puncak yu!”, kata istri saya.
Ayo! Kenapa tidak...
Biasanya ke Bandung lewat Tol Cipularang, maka perjalanan jalur puncak bisa menjadi alternatif yang menyenangkan. Sebabnya, sepanjang jalan pemandangannya indah. Pengalaman dan sekuennya juga lebih kaya, melewati beragam kota (Cisarua – Megamendung – Cipanas – Cianjur – Citatah – Padalarang). Kita bisa berhenti untuk foto-foto, menghirup udara segar dan membeli oleh-oleh khas. Asyik kan?
Bagi saya sendiri, ini jadi semacam napak tilas perjuangan. Dulu, hundreds years ago, sebelum ada Tol Cipularang saya hampir tiap minggu bolak balik Bandung - Jakarta via Puncak. Ngapain? Ya, kadang-kadang iseng,..kadang buat main ke teman-teman yang di Jakarta, dan selebihnya urusan kerjaan. :) Jadi ingat, dulu suka mampir ke Sate Shinta, Sate Maranggi, atau ke Bubur Ayam Cianjur.. Apa kabar mereka sekarang?
Kami berangkat tidak terlalu pagi. Jam 9:30 dari rumah langsung masuk ke Tol JORR (Lingkar Luar) dan sambung ke Tol Jagorawi. Karena hari Minggu dan tengah bulan, jalanan tidak terlalu rami. Sekitar 1 jam sudah bisa keluar dari Tol Jagorawi exit paling ujung yaitu Ciawi. Dari situ belok kiri ke arah Puncak (kalau kanan ke Bogor/Sukabumi). Selanjutnya mengikuti jalan saja.
Pertama kami disambut oleh Perumahan Vimalaya Estate, bagian dari Perumahan Rancamaya di Gadog, Ciawi. Istri saya katanya dulu punya rumah gede di situ, depan lapangan golf nya,..ada kolam renangnya, udaranya sejuk...Emang iya gitu?? Yeee... dia lagi tidur...mimpi kali yeee...bangun!...bangun!... Hehehe...
Pemandangan pertama di Jalan Raya Puncak ini berupa deretan toko-toko, rumah makan, villa, hotel dan tempat-tempat wisata. Ya, karena inilah pusat keramaiannya area Gadog / Cisarua / Megamendung. Ini jalan rayanya. Makanya ramai. Jadi kalau mau cari makan gampang. Di sini banyak tempat makan yang enak-enak. Ada Tahu Yun Yi, ada Sate Kiloan “PSK”, ada pula Mas Miskun. Nah yang terakhir ini warung nasi uduk yang terkenal di Kramat, Salemba, Jakarta Pusat. Ternyata di Puncak, Bogor juga ada.
Di jalur ini juga ada berbagai tempat wisata keluarga dengan pemandangan alam yang indah-indah. Nanti kita ketemu Taman Safari Cisarua – bisa melihat hewan-hewan yang berkeliaran di alam bebas. Bisa juga main-main di Cimory sambil minum susu sapi segar. Ada dua macam taman wisatanya. Tinggal pilih, mau yang pemandangan gunung (Cimory Mountain View) atau yang di pinggir sungai (Cimory Riverside). Kalau mau yang tempat wisata keluarga yang murah tapi bisa ada permainan anak-anaknya juga, bisa ke Taman Wisata Matahari – kepunyaannya Bapak Hari Darmawan, pendiri Matahari Department Store. Di sana bisa berenang dan main air, outbound (panjat-panjat dan flying fox), mengayuh sepeda air, dan arum jeram pakai perahu karet.
Tapi siang itu kami tidak ke tempat-tempat itu. Kami memilih tempat wisata alam yang asri dan menenangkan hati. Guna melepas lelah dan rileks. Seperti men-charge ulang baterai semangat. Tujuan pertama kami, Riung Gunung – tempat wisata favorit Presiden Soekarno.
Sepanjang perjalanan ke sana, selepas Cisarua, mata kami disuguhi panorama pemandangan yang indah luar biasa. Jalanan berkelok menanjak dengan kiri kanannya kebon teh. Ini perkebunan milik PT Gunung Mas. Udaranya pun sejuk. Kami sengaja mematikan AC mobil dan membuka jendela untuk merasakan segarnya udara pegunungan.
Oya, kalau cape dan ingin istirahat sekaligus sholat, kita bisa berhenti di Masjid At Ta’awun. Dari situ pemandangannya juga indah. Bisa lihat Puncak dari atas bukit.
Saat kami lewat, di Masjid At-Ta’awun sedang ada acara, jadinya ramai sekali. Maka kami tidak berhenti situ. Kami terus saja lagi dan tidak seberapa jauh kemudian di sisi kiri pas tikungan (ada pos polisinya) terlihatlah tanah luas yang banyak mobil parkir. Inilah dia Riung Gunung, the best spot di Puncak. You will get the best view from here. (Ada apa saja di Riung Gunung? Baca ceritanya di sini).
Kami tidak lama di situ, perjalanan kami lanjutkan ke Danau Telaga Warna. Letaknya ada di Puncak Pass, dekat rumah makan yang populer, Rindu Alam. (Bagaimana berwisata di Telaga Warna? Baca ceritanya di sini)
Selepas dari Tempat Wisata Alam Telaga Warna hujan turun cukup deras. Di depan pintu keluar terlihat arah ke kanan, ke jakarta lalu lintas macet total. Saat itu jam 3 sore, di hari Minggu. Sepertinya arus balik sudah mulai. Untunglah kami arahnya ke kiri, ke Bandung. Melewati Restoran Rindu Alam jalanan menurun terus. Karena memang ini puncak tertinggi. Masih berkelok dan kiri kanan kulihat saja banyak kebun teh.
Setelah Puncak kami masuk Kota Cipanas. Di sini tempat wisata yang bisa dikunjungi salah satunya, Istana Cipanas. Dulu kabarnya Bapak Proklamator Republik Indonesia, Ir. Soekarno lama tinggal di sini. Jadi banyak benda-benda peninggalan beliau yang bisa dilihat di sini. Semacam museum dan bisa untuk pilihan wisata keluarga.
Cipanas udaranya masih sejuk dingin juga. Enak untuk jalan-jalan. Makanya banyak hotel dan villa juga di sini meski tidak seramai Puncak. Salah satunya Hotel Indo Alam. Saya pernah seminar dan menginap situ tahun 2004. Ternyata hotelnya masih eksis.
Dahulu, waktu belum ada Tol Cipularang, lalu lintas lewat sini sering macet ketika lewat Pasar Cipanas. Jalannya sempit tapi ada “pasar tumpah” – banyak pedagang yg jualan sampai ke badan jalan. Tapi sekarang sudah berubah. Tidak macet lagi. Pas kami lewat, lancar jaya cenderung sepi.
Tidak begitu banyak perubahan di Kota Cipanas selain saya lihat sudah muncul karaoke dan hotel baru dekat pasar. Tapi beberapa FO seperti DSE, sudah tutup. Rumah Makan Sate Shinta dan Rindu Alam yang dulu cabangnya banyak sekali sepanjang jalur Cisarua - Cianjur, sekarang sudah pada tutup. Tinggal satu outlet saja, pusatnya doang.
Memang sejak ada Tol Cipularang, jalur ini sekarang sepi. Maka pengunjung rumah makan juga turun drastis. Omset otomatis anjlok. Maka terpaksa banyak outlet /cabang yang ditutup karena sudah tidak ekonomis. Fenomena ini mengingatkan saya pada film animasi “Cars” keluaran Disney Pixar. Di film itu, akibat ada jalan baru Road 66 maka kota Radiator Springs mengalami nasib serupa. Sepi juga.
Setelah Cipanas, maka selanjutnya Kota Cianjur. Nah, di sini terkenal dengan oleh-oleh Manisan Cianjur. Enak sekali. Kami mampir di toko Toko Manisan “Mulia Sari” (dahulu Ny. Tan) dan membeli manisan salak, manisan mangga, manisan pala serta keripik belut. Istri saya tak lupa cemilan kegemarannya: pisang sale. Kata beliau, pisang salenya enak sekali.
Di Cianjur ini saya ingat ada tempat makan yang enak: RM “Mang Nana”. Dulu kalau perjalanan dinas lewat Cianjur sering sekali saya mampir sini. Suasananya kaya warung rumahan. Makanannya sudah disediakan di meja makan, tinggal ambil. Selesai makan tinggal lapor tadi makan apa aja. Jadi, seperti warung makan swalayan. Nah, sayangnya, kemaren itu kami tidak sempat mampir ke sana akibat buru-buru kejar tayang :P Tapi tenang saja, Belanda masih jauh,…lain waktu Insha Allah kami ke sana.
Oya, di sepanjang jalan ke Kota Cianjur juga banyak kami temui Rumah Makan Ayam Goreng Cianjur. Ini juga kemarin belum sempat kami datangi lagi. Next time ya, Beibbb…
Kota Cianjur juga terkenal dengan berasnya. Maka tak heran, sepanjang jalan kami kerap menjumpai sawah di kiri dan kanan. Pemandangan indah. Kalau mau foto selfie background sawah, boleh tuh berhenti sejenak. Yang mau foto pre-wedding? Mari silakan..
Setelah Cianjur kami menuju ke Kota Padalarang, melewati Citatah. Dari namanya tercermin bahwa ini sebuah daerah penghasil batu marmer (pualam). Terlihat ada bukit pualam yang sudah ditatah (diambil batunya), diproduksi menjadi batu marmer untuk lantai rumah atau gedung. Banyak pabrik pengolahan batu sepanjang jalan. Makanya pemandangan di sini kurang menarik. Ditambah lagi, pecahan2 batu banyak bertebaran di jalan sehingga menimbulkan kesan kotor dan berantakan. Boring….. :(
Untunglah, tidak lama kemudian sampai deh kita di Padalarang. Tuh, ada gerbang perumahan Kota Parahyangan yang arsitektural nan indah. Lurus saja, masuk ke Tol Padalarang, dan keluarnya di exit Pasteur. Total waktu perjalanan Jakarta - Bandung lewat Puncak lebih kurang 4 jam. Selamat datang di Kota Bandung!
Ayo! Kenapa tidak...
Biasanya ke Bandung lewat Tol Cipularang, maka perjalanan jalur puncak bisa menjadi alternatif yang menyenangkan. Sebabnya, sepanjang jalan pemandangannya indah. Pengalaman dan sekuennya juga lebih kaya, melewati beragam kota (Cisarua – Megamendung – Cipanas – Cianjur – Citatah – Padalarang). Kita bisa berhenti untuk foto-foto, menghirup udara segar dan membeli oleh-oleh khas. Asyik kan?
Bagi saya sendiri, ini jadi semacam napak tilas perjuangan. Dulu, hundreds years ago, sebelum ada Tol Cipularang saya hampir tiap minggu bolak balik Bandung - Jakarta via Puncak. Ngapain? Ya, kadang-kadang iseng,..kadang buat main ke teman-teman yang di Jakarta, dan selebihnya urusan kerjaan. :) Jadi ingat, dulu suka mampir ke Sate Shinta, Sate Maranggi, atau ke Bubur Ayam Cianjur.. Apa kabar mereka sekarang?
Kami berangkat tidak terlalu pagi. Jam 9:30 dari rumah langsung masuk ke Tol JORR (Lingkar Luar) dan sambung ke Tol Jagorawi. Karena hari Minggu dan tengah bulan, jalanan tidak terlalu rami. Sekitar 1 jam sudah bisa keluar dari Tol Jagorawi exit paling ujung yaitu Ciawi. Dari situ belok kiri ke arah Puncak (kalau kanan ke Bogor/Sukabumi). Selanjutnya mengikuti jalan saja.
Pertama kami disambut oleh Perumahan Vimalaya Estate, bagian dari Perumahan Rancamaya di Gadog, Ciawi. Istri saya katanya dulu punya rumah gede di situ, depan lapangan golf nya,..ada kolam renangnya, udaranya sejuk...Emang iya gitu?? Yeee... dia lagi tidur...mimpi kali yeee...bangun!...bangun!... Hehehe...
Pemandangan pertama di Jalan Raya Puncak ini berupa deretan toko-toko, rumah makan, villa, hotel dan tempat-tempat wisata. Ya, karena inilah pusat keramaiannya area Gadog / Cisarua / Megamendung. Ini jalan rayanya. Makanya ramai. Jadi kalau mau cari makan gampang. Di sini banyak tempat makan yang enak-enak. Ada Tahu Yun Yi, ada Sate Kiloan “PSK”, ada pula Mas Miskun. Nah yang terakhir ini warung nasi uduk yang terkenal di Kramat, Salemba, Jakarta Pusat. Ternyata di Puncak, Bogor juga ada.
Di jalur ini juga ada berbagai tempat wisata keluarga dengan pemandangan alam yang indah-indah. Nanti kita ketemu Taman Safari Cisarua – bisa melihat hewan-hewan yang berkeliaran di alam bebas. Bisa juga main-main di Cimory sambil minum susu sapi segar. Ada dua macam taman wisatanya. Tinggal pilih, mau yang pemandangan gunung (Cimory Mountain View) atau yang di pinggir sungai (Cimory Riverside). Kalau mau yang tempat wisata keluarga yang murah tapi bisa ada permainan anak-anaknya juga, bisa ke Taman Wisata Matahari – kepunyaannya Bapak Hari Darmawan, pendiri Matahari Department Store. Di sana bisa berenang dan main air, outbound (panjat-panjat dan flying fox), mengayuh sepeda air, dan arum jeram pakai perahu karet.
Tapi siang itu kami tidak ke tempat-tempat itu. Kami memilih tempat wisata alam yang asri dan menenangkan hati. Guna melepas lelah dan rileks. Seperti men-charge ulang baterai semangat. Tujuan pertama kami, Riung Gunung – tempat wisata favorit Presiden Soekarno.
Sepanjang perjalanan ke sana, selepas Cisarua, mata kami disuguhi panorama pemandangan yang indah luar biasa. Jalanan berkelok menanjak dengan kiri kanannya kebon teh. Ini perkebunan milik PT Gunung Mas. Udaranya pun sejuk. Kami sengaja mematikan AC mobil dan membuka jendela untuk merasakan segarnya udara pegunungan.
Oya, kalau cape dan ingin istirahat sekaligus sholat, kita bisa berhenti di Masjid At Ta’awun. Dari situ pemandangannya juga indah. Bisa lihat Puncak dari atas bukit.
Saat kami lewat, di Masjid At-Ta’awun sedang ada acara, jadinya ramai sekali. Maka kami tidak berhenti situ. Kami terus saja lagi dan tidak seberapa jauh kemudian di sisi kiri pas tikungan (ada pos polisinya) terlihatlah tanah luas yang banyak mobil parkir. Inilah dia Riung Gunung, the best spot di Puncak. You will get the best view from here. (Ada apa saja di Riung Gunung? Baca ceritanya di sini).
Kami tidak lama di situ, perjalanan kami lanjutkan ke Danau Telaga Warna. Letaknya ada di Puncak Pass, dekat rumah makan yang populer, Rindu Alam. (Bagaimana berwisata di Telaga Warna? Baca ceritanya di sini)
Selepas dari Tempat Wisata Alam Telaga Warna hujan turun cukup deras. Di depan pintu keluar terlihat arah ke kanan, ke jakarta lalu lintas macet total. Saat itu jam 3 sore, di hari Minggu. Sepertinya arus balik sudah mulai. Untunglah kami arahnya ke kiri, ke Bandung. Melewati Restoran Rindu Alam jalanan menurun terus. Karena memang ini puncak tertinggi. Masih berkelok dan kiri kanan kulihat saja banyak kebun teh.
Setelah Puncak kami masuk Kota Cipanas. Di sini tempat wisata yang bisa dikunjungi salah satunya, Istana Cipanas. Dulu kabarnya Bapak Proklamator Republik Indonesia, Ir. Soekarno lama tinggal di sini. Jadi banyak benda-benda peninggalan beliau yang bisa dilihat di sini. Semacam museum dan bisa untuk pilihan wisata keluarga.
Cipanas udaranya masih sejuk dingin juga. Enak untuk jalan-jalan. Makanya banyak hotel dan villa juga di sini meski tidak seramai Puncak. Salah satunya Hotel Indo Alam. Saya pernah seminar dan menginap situ tahun 2004. Ternyata hotelnya masih eksis.
Dahulu, waktu belum ada Tol Cipularang, lalu lintas lewat sini sering macet ketika lewat Pasar Cipanas. Jalannya sempit tapi ada “pasar tumpah” – banyak pedagang yg jualan sampai ke badan jalan. Tapi sekarang sudah berubah. Tidak macet lagi. Pas kami lewat, lancar jaya cenderung sepi.
Tidak begitu banyak perubahan di Kota Cipanas selain saya lihat sudah muncul karaoke dan hotel baru dekat pasar. Tapi beberapa FO seperti DSE, sudah tutup. Rumah Makan Sate Shinta dan Rindu Alam yang dulu cabangnya banyak sekali sepanjang jalur Cisarua - Cianjur, sekarang sudah pada tutup. Tinggal satu outlet saja, pusatnya doang.
Memang sejak ada Tol Cipularang, jalur ini sekarang sepi. Maka pengunjung rumah makan juga turun drastis. Omset otomatis anjlok. Maka terpaksa banyak outlet /cabang yang ditutup karena sudah tidak ekonomis. Fenomena ini mengingatkan saya pada film animasi “Cars” keluaran Disney Pixar. Di film itu, akibat ada jalan baru Road 66 maka kota Radiator Springs mengalami nasib serupa. Sepi juga.
Setelah Cipanas, maka selanjutnya Kota Cianjur. Nah, di sini terkenal dengan oleh-oleh Manisan Cianjur. Enak sekali. Kami mampir di toko Toko Manisan “Mulia Sari” (dahulu Ny. Tan) dan membeli manisan salak, manisan mangga, manisan pala serta keripik belut. Istri saya tak lupa cemilan kegemarannya: pisang sale. Kata beliau, pisang salenya enak sekali.
Di Cianjur ini saya ingat ada tempat makan yang enak: RM “Mang Nana”. Dulu kalau perjalanan dinas lewat Cianjur sering sekali saya mampir sini. Suasananya kaya warung rumahan. Makanannya sudah disediakan di meja makan, tinggal ambil. Selesai makan tinggal lapor tadi makan apa aja. Jadi, seperti warung makan swalayan. Nah, sayangnya, kemaren itu kami tidak sempat mampir ke sana akibat buru-buru kejar tayang :P Tapi tenang saja, Belanda masih jauh,…lain waktu Insha Allah kami ke sana.
Oya, di sepanjang jalan ke Kota Cianjur juga banyak kami temui Rumah Makan Ayam Goreng Cianjur. Ini juga kemarin belum sempat kami datangi lagi. Next time ya, Beibbb…
Kota Cianjur juga terkenal dengan berasnya. Maka tak heran, sepanjang jalan kami kerap menjumpai sawah di kiri dan kanan. Pemandangan indah. Kalau mau foto selfie background sawah, boleh tuh berhenti sejenak. Yang mau foto pre-wedding? Mari silakan..
Setelah Cianjur kami menuju ke Kota Padalarang, melewati Citatah. Dari namanya tercermin bahwa ini sebuah daerah penghasil batu marmer (pualam). Terlihat ada bukit pualam yang sudah ditatah (diambil batunya), diproduksi menjadi batu marmer untuk lantai rumah atau gedung. Banyak pabrik pengolahan batu sepanjang jalan. Makanya pemandangan di sini kurang menarik. Ditambah lagi, pecahan2 batu banyak bertebaran di jalan sehingga menimbulkan kesan kotor dan berantakan. Boring….. :(
Untunglah, tidak lama kemudian sampai deh kita di Padalarang. Tuh, ada gerbang perumahan Kota Parahyangan yang arsitektural nan indah. Lurus saja, masuk ke Tol Padalarang, dan keluarnya di exit Pasteur. Total waktu perjalanan Jakarta - Bandung lewat Puncak lebih kurang 4 jam. Selamat datang di Kota Bandung!