Langsung ke konten utama

Sarapan di Mana di Puncak, Bogor dan Di Mana Tempat Bermain Anak-anak di Puncak?


Minggu kemarin kami liburan ke Puncak. Ya..Puncak Bogor itu lhoh..tempat wisata favorit keluarga Jakarta sejak jaman dahulu kala. Tidak heran ramai yang ke sini, sebab memang jaraknya tidak terlalu jauh. Cukup nyaman untuk ditempuh berkendara. Hanya sekitar 60 km. Kemarin teman istri saya berangkat dari rumah jam 6 pagi, cuma sejam sudah sampai di Puncak. Cepat ya?

Kalau kami kemarin lebih siang sedikit berangkatnya. Jam 06:30 dari Pondok Kelapa. Masuk Tol Jagorawi dan mampir sebentar di rest area km 30. Lancar sih sampai 1 km menjelang Gerbang Ciawi. Nah, dari sini mulai deh jalan tersedat akibat antri di pintu tol. Lumayan, sekitar 20 menit macet di situ. Keluar tol sepertinya bakal lancar..tapi ternyata.. Oh tidak!

Di depan mobil-mobil pada jalan pelan bahkan berhenti. Banyak asongan menjajakan dagangannya. Mulai gelagat tidak enak nih,…dan banyak orang-orang pakai helm berdiri di pinggir jalan memberi kode menyilangkan tangannya sambil berteriak: “Jalan ditutup! Jalan ditutup! Gak bisa lewat Oom”...

Ow..ow…

Padahal saat itu baru jam 7:30 lho. Dan menurut jadwal yang beredar dari NTMC Polri, buka tutup ke arah puncak baru mulai jam 9 pagi. Tapi ternyata begitu ya? Sampai jam 9 kami harus menunggu di jalan. Parkir bersama. Yah.. Nikmati sajalah. Apa boleh buat.

Mau masuk ke jalur alternatif sesuai panduan abang-abang berhelm tadi, belokannya sudah keburu kelewat. Tadi kalau mau ikut jalur tikus (tembus Gadok), harusnya pas keluar gerbang tol tadi langsung ambil kiri. Bertransaksi harga dengan mereka lalu ikuti panduan. Tapi,..yahh, sudahlah. Enjoy aja.. Toh kalau lapar kiri kanan banyak yang jualan berbagai jajanan: mulai dari tahu, bakso, sampai pizza. Kalau mau buang air kecil juga tidak perlu bingung kok. Rumah dan warung di pinggir jalan itu membuka jasa toilet umum.. Hehehe, saking seringnya orang-orang kejebak di sini kali ya?

Makanya cermati nih jadwal buka tutup Jakarta – Puncak berikut ini. Kenapa begitu?
Sebab, pada jam itu, lalu lintas Jakarta – Puncak hanya diberlakukan satu arah. Cermati letak hotel/restoran yang hendak anda tuju. Jangan sampai kelewatan. Sebab kalau kelewat, Anda tidak bisa mundur lagi lho. Musti tunggu dulu jam 12 siang, baru bisa balik lagi. Sayang waktunya kan?


Jadwal Buka Tutup Jakarta - PuncakSabtu: Satu arah naik = Jakarta arah Puncak, Jam 09.00 sampai dengan 11.30 WIB (Puncak arah Jakarta ditutup).
Satu arah turun = Puncak arah Jakarta, Jam 15.00 sampai dengan 17.00 WIB (Jakarta arah Puncak ditutup).
Minggu / Libur Nasional:Satu arah naik: Jakarta arah Puncak, Pukul 09.00 sampai dengan 11:30 WIB (Puncak arah Jakarta ditutup)
Satu arah turun = Puncak arah Jakarta, Jam 15.00 sampai dengan 18.00 WIB (Jakarta arah Puncak ditutup). 

Setelah keluar dari hustle bustle kemacetan di Simpang Ciawi, maka jalanan selanjutnya lancar jaya. Tujuan kami, mau sarapan di Bubur Bunut. Di mana itu?


Ini kesukaannya istri saya. Beliau penggemar bubur ayam, dan katanya bubur ala Sukabumi ini enak bin murah. Letaknya ada di sebelah kiri jalan. Jangan sampai kelewatan. Lumayan jauh dari Gadok (depannya Vimaya). Sebelumnya Taman Matahari tapi setelahnya Restoran Mas Miskun. Melewati Sate PSK (sate kiloan) dan Restoran Padang. Lurus saja terus, naik ke atas. Pokoknya perhatikan saja kiri jalan, patokannya itu Factory Outlet RED di kawasan Mega Mendung. Ada plang signage nya besar terlihat. Nah, masuk ke factory outlet itu. Nanti ada di sisi kanannya. Ada deretan gerobak atau warung berpenampilan sederhana. Nah, makan deh di situ.

Bubur Ayam Bunut Sukabumi di Megamendung, Puncak, Bogor

Suasana di Factory Outlet RED di depan WArung Bubur Ayam Bunut, Sukabumi, Megamendung, Puncak, Bogor

Apa pesannya?
Bubur ayam dong tentunya. Kalau kita lagi di Jawa Barat, maka makanan jajanan yang paling banyak kita temui itu: Bubur Ayam. Ada berbagai varian, seperti Bubur Ayam Ciamis, Cianjur, Bandung dan lain lain. Kalau Bubur Ayam Bunut ini asalnya dari Sukabumi. Buburnya tidak pakai kuah tapi tidak kental sebagaimana Bubur Mang Oyen di Bandung - yang mana saking kentalnya sampai menempel di piring, sehingga kalau piringnya dibalik, tidak tumpah. Yang ini cenderung encer. Makannya pakai emping dan hati ampela yang sudah langsung dicampurkan ke buburnya. Jadi kalau tidak mau makan ati, langsunglah segera bilang sebelum diracik.

Bubur Ayam ala Sukabumi di Puncak, Bogor

Rasanya tentu enak, makanya banyak orang yang mampir sarapan ke sini. Cuma ada dari pagi sampai sekitar jam 11 lho. Jangan sampai kesiangan. Minumnya air teh hangat. Hmmm…bubur panas dan teh hangat, pas sekali untuk sajian di tengah sejuk dinginnya udara Puncak.

Nah, persis di sebelahnya Bubur Ayam Bunut ini, ada toko roti imut. Yang ini kesukaan istri saya. Katanya lebih enak daripada roti kecil kecil merk lainnya di Jakarta. Harganya murah pula. Hanya Rp 1.500 per buah. Pesan saja yang campur-campur: keju, cokelat, sosis, daging, dan lain lain. Lumayan buat penahan lapar selama di perjalanan.

Selepas dari Bubur Bunut, kami hendak check ini ke Hotel Royal Safari Garden. Tapi jam baru menunjukkan jam 10 pagi. Masih ada waktu sekitar 2 – 4 jam (check in biasanya jam 2 siang). Maka, kami pun berencana untuk jalan dulu mencari tempat di dekat sini yang ada tempat bermain anak (playground). Di Cimory sebetulnya ada semacam playground nya gitu, tapi perut masih kenyang. Kalau ke Cimory kan enaknya sambil makan. Hmmm.. Ke mana ya?

Yang dekat sini dan belum nyampe ke Cisarua (karena hotelnya di Cisarua), adanya Taman Wisata Matahari. Maka, jadilah kami ke sana lagi..Ya, sekali lagi. Sebab beberapa bulan lalu kami pernah ke sana. Pas berbarengan libur sekolah. Jadinya itu Taman Matahari ramai banget-bangetan bagai lautan manusia. Di sepanjang jalan, di dalam kompleksnya itu padat sekali orang-orang pada piknik dan lewat sambil jalan kaki. Saking padatnya, saya sampai berpikir, ibaratnya kita menanggok ikan, maka sekali ciduk bisa dapat seratus manusia nyangkut di serokan kita. Wow!

Waktu itu sungguh tidak nyaman.. Tapi yang kemaren, Alhamdulillah tidak separah dulu. Kali ini di dalam tidak terlalu crowded. Walau di depan, di area pintu masuk banyak orang berlalu lalang melintas menyeberang jalan, tapi tidak parah. Cuma di depan saja. Setelah itu jalanan sudah melebar dan kerumunan manusia sudah menghilang.

Sepertinya, faktor timing memang menentukan sekali. Pertama, kami ke sana sudah lewat masa liburan anak sekolah. Kedua, kami datangnya pun masih pagi (sekitar jam 10) jadi massa belum banyak yang berdatangan. Bus-bus di parkiran memang terlihat masih sedikit.

Taman Wisata Matahari ini memang tempat wisata keluarga yang murah meriah. Barangkali malah yang termurah di area Puncak. (Ada sebetulnya Telaga Warna di Puncak Pass yang juga murah, tapi perbandingannya tidak apple to apple dengan Taman Matahari, sebab memang berbeda dalam banyak hal). Tarif masuk dan tiket wahana permainannya murah-murah. Masuk mobil bayarnya hanya Rp 5 ribu. Murah ya? Kemudian per orang per orang (di atas 2 tahun) bayar hanya Rp 20 ribu (tarif weekend). Ini pun sudah termasuk voucher gratis lima wahana (Sepeda Wisata, Paddle Boat, Menara Pandang Matahari dan Sepeda Air) serta diskon 10 persen untuk makanan di Restoran Sunda Express.

Di dalam banyak permainan anak. Contohnya, permainan panjat-panjatan, perosotan, dan lain-lain - seperti di Lollypop yang di mall - bayarnya cuma Rp 15 ribu, sepuasnya. Wihh... Barangkali di sini murah karena tidak perlu pakai AC ya? Sebab udaranya pegunungan sudah sejuk nyaman sihh.

Kiddy Ride, wahana permainan anak murah-murah lho di Taman Matahari ini. Rata-rata koinnya cuma Rp 2000-an

Salah satu permainan di "Lollypop" ala Taman Matahari

Main kereta-keretaan di Taman Matahari

Masuk ke dalam area , mobil kami berbelok ke kiri. Nah, di sini banyak parking lot. Selain yg di area depan sini, bisa juga parkir ke area tengah atau pun ke belakang. Tinggal pilih saja sesuai dengan wahana yang ingin dinaiki agar jalan kaki nya tidak terlalu jauh. Nanti kalau mau mengitari Taman Wisata Matahari, kita bisa keliling naik mbil “odong-odong”. Bayarnya Rp 5 ribu. Atau bisa juga naik kuda (Rp 5 ribu).

Ini mobil yang bisa membawa kita berkeliling Taman Matahari

Taman Matahari ini milik Hari Dharmawan. Siapa dia? Beliau pendiri Department Store Matahari. Setelah menjual sebagian besar sahamnya di jaringan pusat perbelanjaan tersebut, beliau membuka lahan pribadinya di kawasan Puncak, Bogor ini menjadi tempat wisata. Makanya namanya tetap ada Matahari-matahari nya. Logonya pun mirip sekali dengan logo Matahari Department Store jaman dahulu. Selain memang di sini juga ada didirikan Menara Matahari.

Nah, di situ kita bisa naik ke puncaknya lalu menikmati pemandangan sekitar puncak. Lebih populernya sih, menara ini menjadi background foto-foto, sebagai pertanda bahwa anda benar-benar telah pernah mampir di Taman Matahari. Yah..ibaratnya belum ke Jakarta kalau belum foto di Monas, belum ke Paris kalau gak ada foto Eiffel. Nah, maka daripada itulah, kami pun tidak melewatkan kesempatan langka ini. Berfoto bareng dengan latar belakang Menara Pandang Matahari.

Sungai yang membelah Taman Matahari

Banyak perusahaan yang menjadikan Taman Matahari sebagai tempat wisata keluarga (family gathering) guna mengakrabkan diri sesama karyawan

Area jajanan dan oleh-oleh di Taman Matahari. Menjual berbagai makanan khas dan tradisional

Suasana dan pemandangan di sekitar Taman Pandang Matahari

Segera sesudah itu, perut pun keroncongan memanggil. Sudah jam 12. Saatnya cari makan siang. Makan apa ya enaknya di Puncak?

Alamat Bubur Ayam Bunut
Bubur Sukabumi
Di halaman RED Factory Outlet,
Jl.Raya Cipayung Puncak No.299 Megamendung
Telpon  0251 8256307

Alamat Taman Wisata Matahari
Recreation and Education Park
Jalan Raya Puncak KM 77, Cilember, Cisarua, Bogor 16750
Telpon 0251 8252239, 0251 8252337 (hunting)
Fax. 0251 8252261

Komentar

TAS PREMIUM INDONESIA

TAS PREMIUM INDONESIA
INDONESIAN PREMIUM BRAND

Postingan populer dari blog ini

Warteg Apa yang Paling Enak di Jakarta?

Saya suka sekali makan Warteg dan Nasi kucing . Istri saya sampai protes...Hahaha... Yah,..habisnya di mana lagi coba kita bisa makan sambil ngangkat kaki ke kursi terus baca koran rakyat semacam Warta Kota, Pos Kota atau bahkan Lampu Merah. Wkwkwkw... Sayang saya bukan pejabat, kalau ya, pastilah dibilang merakyat. Tapi ini bukan pencitraan lho.. Memang dasar suka aja. :) Nanti saya kasih tahu makan nasi kucing yang enak di Jakarta yang mana, tapi sementara ini kita bahas yang warung tegal dulu ya... Oke lah kalau beg beg… Okelah kalau beg beg… Kalau lagi cari makan di sekitar Kampung Melayu, Casablanca, Kuningan, Supomo / Saharjo atau Manggarai, saya pasti langsung meluncur ke WARTEG WARMO . Nah, yang ini memang warung tegal yang paling enak bin legendaris . Di jaman bokap gue dulu, era 80 - 90 an, warung ini tersohor sekali di kalangan anak gaul jakarta. Habis pulang ajojing (baca: dugem) jam 3 / jam 4 pagi, mereka mampir ke Warteg Warmo sebab tempat ini buka 24 jam no...

Di Mana Sate Kambing Paling Enak di Jakarta?

Berbahagialah kalian yg tinggal di Cempaka Putih . Kenapa? Karena kalian berada dekat dengan sate kambing terenak di Jakarta. Sementara kami harus menempuh puluhan kilometer, berjuang menembus kemacetan untuk dapat merasakan lezat dan lembutnya daging kambing Sate Pak Ali . Ya,.. sate kambing paling enak versi istri saya bukan Sate Pejompongan , bukan pula Sate Sabang . Tapi yang satu ini: sate warung tenda kaki lima di sebelahnya APOTIK KINASIH  di Jalan Cempaka Putih Tengah 17 . Demikian menurut beliau yang seorang picky-eater – sehingga tidak gampang untuk suka suatu makanan atau masakan. Yang di Cempaka Putih ini dagingnya lebih lembut dibandingkan Sate Pejompongan. Dan dalam tiap tusuk satenya, semua berupa daging kambing, tidak dicampur hati sebagaimana di Sate Sabang. Lagipula dari segi harga, Sate Cempaka Putih jauh lebih murah. Per tusuk hanya rp 2.000. Beli 10 tusuk Cuma Rp 20 ribu. Bandingkan dengan di Pejompongan atau Sabang yang mana kita musti merogoh...

Rumah Makan Sunda di Bandung; Antara Ma' Uneh, Sawios, dan Ibu Hj. Cijantung

Taman Flexi di Bandung tempat main sepeda...Asyik.. Libur panjang ya? Asyik banget! Wisata ke Bandung lewat  Tol Cipularang tapi tidak lupa keluar tol sebentar buat mampir makan siang di Sate Maranggi yang asli . Yang di bawah hutan jati, Purwakarta itu lho... Nah, sore-sore menjelang maghrib kami sampai deh di Bandung. Kalau sudah di tanah Parahyangan tentunya pengen mencicipi yang khas dong. Maka daripada itu terpikirlah untuk makan di rumah makan Sunda favorit keluarga kami : Ibu Hj. Cijantung (dulu namanya Hj. Ciganea) . Dari exit tol Pasteur tinggal lurus saja, naik jembatan Pasupati sampai ujungnya, bermuara di Jalan Surapati. Ketemu lampu merah depan Gasibu, tinggal lurus saja sedikit. Pelan-pelan. Ada belokan pertama ke kiri – di sebelahnya RM. Sindang Reret. Nah, masuk ke situ. Itu namanya Jalan Merak (di situ ada toko kaos legendaris “ C59 “– yang angkatan-angkatan babe gua, tahun 90-an pasti tahu banget sama baju kaos ini). Tak jauh dari situ, tengok kiri...
Custom Search